SOSIALISME SEBELUM MARX DAN SOSIALISME MARX

Pemikiran-pemikiran ekonomi beraliran sosialis secara garis besar dapat dipilih atas tiga kelompok:
1. Dari kelompok pemikir sosialis sebelum Marx;
2. Pandangan Marx dan Engels; dan
3. Kolompok pemikir sosialis sesudah Marx.
    Yang dimana "kelompok pemikir sosialis sesudah Marx", akan dibahasa pada pembahasan selanjutnya.

KEMLOPOK PEMIKIR SOSIALISME SEBELUM MARX
A. Pengertian Sosialisme/Komunisme
     Sosialisme oleh sementara orang juga diartikan sebagai bentuk perekonomian yang pemerintahan-nya paling kurang bertindak sebagai pihak yang dipercayai oleh seluruh warga masyarakat. Pemerintah juga sebagai pihak yang menasionalisasikan industri-insdustri besar seperti pertambangan, jalan-jalan dan jembatan, kereta api, serta cabang-cabang produksi lain yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Secara lengkap, sosialisme melibatkan pemilikan semua alat-alat produksi, termasuk didalamnya tanah-tanah pertanian oleh negara, dan menghilangkan milik swasta (Brinton, 1981).
   Sejak Revolusi Bolshevik tahun (1917), istilah "sosialisme" sering digantikan dengan "komunisme". Menurut Brinton (1981), sosialisme menggambarkan pergeseran milik kekayaan dari swasta ke pemerintah yang berlangsung secara perlahan-lahan melalui prosedur peraturan pemerintah dengan memberikan kompensasi kepada pemilik-pemilik swasta. Sementara itu, dalam "komunisme", perlaihan pemilikan dari swasta ke tangan pemerintah tersebut digambarkan terjadi secara cepat dan "revolusioner", dilakukan secara paksa tanpa kompensasi.

B. Sosialisme Utopis
   Dilihat dari gagasannya, Plato sebenarnya adalah pendukung atau bahkan pendiri dari ajaran sosialime. Yang dapat dilihat dari bukunya: "Respublika", Plato menganggap bahwa negara hanya akan baik jika dipimpin dan diperintah oleh orang0orang baik serta negarawan-negarawan ulung. Untuk memperoleh hal tersebut, Plato menyarankan agar pendidikan diatur oleh negara, dan dari sinilah disaring orang-orang terbaik yang nanti akan dijadikan sebagai pemimpin.
     Tokoh sosialis-utopis yang paling terkenal adalah Sir Thomas More (1478-1535). Istilah "sosialis-utopis" diberikan karena More pernah menulis tentang sebuah "negara impian" dalam sebuah tulisannya yang sangat terkenal: "Utopia". Dalam buku tersebut More menjelaskan bahwa di sebuah pulau khayal bernama Utopia, yang dapat ditafsirkan juga sebagai sebuah negara, semua milik merupakan milik bersama. Semua orang tinggal dalam suatu tempat bersama. Makanan serta segala kebutuhan lainnya disediakan secara bersama-sama pula.
     Untuk menghasilkan barang-barang dan jasa, semua orang harus bekerja. Orang tidak perlu bekerja mati-matian dalam waktu terlalu lama, melainkan cukup sekadar apat memenuhi kebutuhan dengan bekerja sekitar enam jam setiap hari. Toleransi hidup bermasyarakat ditanamkan. Pemerintahan dijalankan secara "demokratis" dan pimpinan untuk seumur hidup adalah merupakan hasil pemilihan rakyat. Yang dimana jika dilihar, tidak sulit ditebak bahwa Thomas More juga dapat digolongkan sebagai penganut sosialisme/komunisme.

C. Sosialisme Komunitas Bersama
    Tulisan-tulisan Plato, More, Tomasso Campnella, Francis Bacon dan James Harrington bersifat utopis. Di lain pihak, ada tokoh-tokoh sosialis yang merealisasi cita-cota mereka dalam kenyataan. Di antaranya adalah Robert Owen (1771-1858), Charles Fourier (1772-1837), dan Louis Blanc (1811-1882).
     Ide-ide Owen tentang gerakan sosialis dapat dilihat dari bukunya: The New View of Society (1816). Owen memperjuangkan peran pemerintah dalam pembangunan desa-desa komunal berdasarkan peran pemerintah dalam pembangunan desa-desa komunal berdasarkan asas koperasi. Owen membangun pabrik sebagai model untuk perbaikan kesejahteraan para pekerja, yang disebut parallelogram. Owen membayar gaji buruh dengan tingkat upaya yang raltif tinggi dengan jam kerja yang lebih rendah. Dan semua perkerja diberi fasilitas.
     Charles Fourier dalam banyak hal memiliki kesamaan dengan Owen. Perbedaannya, kalau Owen mendirikan komunitas berdasarkan asas koperasi dalam sebuah parallelogram, Fourier mendirikan phalanges , atau  phalanx. Phalanx merupakan suatu unit komunitas terdiri dari sejumlah orang, sekitar 810 oran, 1000 orang atau 1620 orang (Whittaker, 1960).
     Phalanx dikelilingi ileh daerah pertaniannya sendiri, tempat kebutuhan akan makanan dihasilkan. Dalam sebuah phalanx setiap orang harus bekerja menurut kesukaan, kecakapan, dan bakat masing-masing. Pada akhir tahun, keuntungan akan dibagi-bagi menurut profesi. Pekerja memperoleh 5/12 bagian, manajer memperoleh 4/12 bagian, dan pemilik model memperoleh 3/12 bagian.
      Tokoh terakhir yang merealisir cita-citanya dengan membentuk sebuah komunitas bersama adalah Louis Blanc. Louis Blanc juga seorang penggagas koperasi. Namun Blanc hanya khusus untuk koperasi produksi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Untuk itu ia memberikan kesempatan kepada para pekerja untuk memiliki perusahaan. Dan untuk mengangkat derajat kaum buruh, ia mengharapkan agar pemerintah ikut aktif membantu usaha-usaha kaum buruh, termasuk permodalan.
     Koperasi yang didirikan atas gagasan Louis Blanc tersebut dalam kenyataan tidak berhasil karena beberapa hal. yaitu, oposisi dari beberapa kapitalis; karena kekurangan modal; tidak kuat mengikuti persaingan dalam sistem liberal kapitalis; serta kelemahan-kelemahan dalam pengolahan.


SOSIALISME MARX (MARXISME)

   Suatu hal yang agak istimewa dari teori Marx, hampir seluruh pandangan Marx diliputi konflik. Ajaran Marx yang penuh dengan konflik ini boleh jadi sangat dipengaruhi oleh hidup Marx yang dapat dikatakan penuh dengan pertentangan.

A. Kecaman Marx Terhadap Sistem Kapitalis
     Karl Marx sangat dibenci dengan sistem perekonomian liberal yang digagas oleh Adam Smith dan kawan-kawan.. Untuk itu, Marx menggunakan berbagai argumen untuk "membuktikan" bahwa sistem liberal/kapitalis itu buruk.
    Dari segi moral Marx melihat bahwa sistem kapitalis mewarisi ketidakadilan dari dalam. Hal ini karena sistem sistem liberal tersebut tidak peduli tentang masalah kepincangan dan kesenjangan sosial. Dengan menerapkan sistem "upah besi" kaum buruh dalam sistem ekonomi tidak akan pernah mampu mengangkat derajatnya lebih tinggi karena--sebagaimana diucapkan Marx-- "pasar bebas memang telah mentakdirkan demikian". Maka, untuk mengangkat derajat kaum buruh, Marx mengajak kaum buruh untuk bersatu. Sistem liberal-kapitalis harus digantikan dengan sistem lain yang lebih memperhatikan masalah pemerataan bagi semua untuk semua, yaitu sistem perekonomian sosialis-komunis.
    Dari segi ekonomi, Marx melihat bahwa akumulasi kapital ditangan kaum kapitalis memungkinkan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Akan tetapi, pembangunan dalam sistem kapitalis sangat bias terhadap pemilik modal. Untuk bisa membangun secara nyata bagi seluruh lapisan masyarakat, perlu dilakukan perombakan struktural melalui revolusi sosial. Lalu langkah berikutnya adalah penataan kembali hubungan produksi (khususnya dalam sistem pemilikan tanah, alat-alat produksi, dan modal).

B. Teori Pertentangan Kelas
    Dalam buku Manifesto Komunis dapat diikuti bagaimana teori Marx tentang pertentangan kelas. Menurut Marx, sejarah segala masyarakat yang ada hingga sekarang hakikatnya adalah sejarah pertentangan kelas. Dimana ada masyarakat kelas kaya (the haves) dan kelas masyarkat tak berpunya (the haves not). 
     Menurut pengamatan Marx, di seluruh dunia ini, sepanjang sejarah, kelas yang lebih bawah selalu berusaha untuk membebaskan dan meningkatkan status kesejahteraan mereka. Dengan anggapan ini, Marx meramal bahwa kaum proletar yang terdiri dari para kaum buruh akan bangkit mengahncurkan kelas yang berkuasa.

C. Teori "Surplus Value" dan Penindasan Buruh
    Menurut pandangan kaum klasik (Ricardo), nilai suatu barang harus sama dengan biaya-biaya untuk menghasilkan barang tersebut, yang didalamnya sudah termasuk ongkos tenaga kerja berupa upah alami (natural wahes). Yang dimana upah yang diterima hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan yang sangat pokok-pokok saja. Kelebihan nilai produktivitas kerja buruh atas upah alami inilah yang disebut Marx sebagai nilai lebih (surplus value), dinikmati oleh para pemilik modal. Bagi Marx ini berarti semakin besar pengisapan atau eksploitasi dari pemilik modal atas kaum buruh.
     Lebih jelas lagi, menurut Marxm, nilai (harga sesungguhnya) dari suatu komoditas ditentukan oleh nilai labor yang dijewantahkan (embodied) secara langsung maupun tidak langsung dalam komoditas, plus laba. Bagaimanapun juga, secara umum Marx percaya bahwa nilai suatu barang atau komoditas umumnya sepadan dengan input-input labor, dan hanya labor  langsung yang dapat menghasilkan laba (yang disebutnya nilai surplus).
    Akumulasi kapital akan semakin berhasil jika para kapitalis bisa menindas kaum buruh sekeras-kerasnya, yaitu dengan memberikan tingkat upah yang sangat rendah. Disini tampak perbedaan yang sangat nyata antara Marx dan Smith dalam memandang persaingan. Smith menganggap persaingan bebas sebagai prasyarat bagi terbentuknya masyarakat sejahtera. Sebaliknya, Marx memandangnya sebagai penyebab terjadinya konsentrasi-konsentrasi ekonomi atau monopoli. Yang lemah akan tergusur dari pasar, perusahan-perusahan besar akan mencaplok perusahaan yang kecil. Akibatnya, jumlah golongan menengah menciut, sedangkan jumlah kaum prolektar akan semakin banyak.

 D. Dialetika Materialisme Historis
    Proses pembangunan melalui konflik merupakan proses dialetika. Proses ini mempunyai basis dalam pembagian masyarakat atau kaum pekerja dan kapitalis. Bagi Marx pangkal dari semua perubahan adalah karena dilakukannya pengisapan atau eksploitasi para kapitalis terhadap kaum buruh. Eksploitasi terhadap buruh tersebut telah memungkinkan terjadinya akumulasi kapital dipihak pemilik modal, tetapi menyebabkan kemiskinan di kalangan buruh.
    Dengan dialetika, ada tesis, antitesis, dan sintesis, yang saling kait-mengait antara satu sama lainnya. dengan materialisme historis, Marx percaya sejarah manusia ditentukan oleh kebutuhan ekonominya yang paling dasar, yaitu kebutuhan materi. Dengan demikian, ia menyimpulkan seluruh  tindak tanduk manusia didorong oleh motif ekonomi, yaitu pemuasan materi. Oleh Marx, ide atau gagasan tentang agama, etika, seni, sosial, dan politik hanya ikut mewarnai. Namun, yang paling menentukan adalah motif ekonomi.
   Bersarkan dialetika materialisme sejarah diatas, Marx percaya bahwa kekuatan-kekuatan ekonomi (yang disebutnya kekuatan-kekuatan produktif, productive forces) sangat menentukan hubungan-hubungan produksi, pasar, masyarakat, dan bahkan termasuk "suprastruktur: (ideologi, falsafah, hukum sosial, budaya, agam, kesenian, dan sebagainya), nantinya diorganisasi.

E. Fase-fase Perkembangan Masyarakat
     Menurut Marx, semua kelompok masyarkat akan mengalami fase-fase sebagai berikut:
  1. komunisme primitif (suku),
  2. perbudakan,
  3. feodalisme,
  4. kapitalisme,
  5. sosialisme, dan
  6. komunisme.
    Dalam masyarakat komunisme primitif, dan juga sosialisme dan komunisme, alat berproduksi merupakan milik bersama. Tidak ada pengisapan dari suatu kelompok masyarakat terhadap kelompok masyarakat lainnya. Namun, dalam tiga kelompok masyarakat yang lain, yaitu perbudakan, feodalisme, dan kapitalisme, alat-alat atau modal produksi dimiliki dan dikendalikan oleh suatu kelompok, sedangkan kelompok lainnya hanya sebagai pekerja.
     Teknologi menentukan kekuatan produktif suatu kelompok masyarakat. Di pihak lain, institusi menentukan hubungan produksi. Dari hasil studi sejarah, Marx mengamati bahwa teknologi pada umumnya bergerak lebih cepat dari institusi. Pada tahap awal kemajuan, teknologi yang menentukan kekuatan produksi, bergerak selaras dengan kemajuan institusi yang mengatur hubungan produksi. Namun, kemudian teknologi bergerak lebih cepat dan meninggalkan institusi yang bergerak lebih lambat.
     Teknologi mempunyai kekuatan dan kekuasaan untuk merombak institusi yang bergerak lamban tersebut. Lembaga baru akan diciptakan, tentu sesuai dengan kemauan dan keinginan para perombak-nya, yaitu mereka yang menguasai kekuasaan. Akibatnya timbul lagi kelas masyarakat yang baru, yang pada gilirannya aka melakukan perombakan terhadap institusi yang ada, sesuai yang mereka inginkan.
      Sebagaimana yang dijelaskan, kapitalisme bagi Marx hanya jaya pada tahap awal. Akan tetapi sistem ini akan menemui kesulitan. Kesulitan-kesulitan timbul karena adanya kontradiksi internal dalam sistem ini sendiri. Persaingan yang sangat sengit diantara pengusaha memicu mereka menemukan cara-cara atau teknik berproduksi baru yang lebih efisien. Salah satu dari hasil temuan tersebut adalah teknologi yang hemat tenaga kerja (labor saving technology).
      Sistem kapitalis dikecam Marx sebab bias terhadap kaum pemilik modal. Untuk melaksanakan pembangunan sesungguhnya, yang bisa dinikmati seluruh lapisan masyarakat, perlu dirombak struktur masyarakat itu sendiri. Beberapa program yang dianjurkan Marx untuk dilakukan setelah revolusi berhasil antara lain:
  1. penghapusan hak milik atas tanah dan menggunakan semua bentuk sewa tanah untuk tujuan-tujuan umum;
  2. program pajak pendapatan progresif atau gradual;
  3. penghapusan semua bentuk hak pewarisan;
  4. pemutusan kredit di tangan negara;
  5. pemutusan alat-alat komunikasi dan transportasi di tangan negara;
  6. pengembangan pabrik-pabrik dan alat-alat produksi milik negara.
E. Perbedaan Sosialisme dan Komunisme menurut Marx
     Marx membedakan fase sosialisme dengan komunisme penuh atau lengkap. Perbedaan di antara kedua fase tersebut dapat dilihat dari:
  1. produktivitas;
  2. hakikat manusia sebagai produsen; dan
  3. pembagian pendapatan. 
      Dalam fase sosialisme, produktivitas masih rendah dan kebutuhan materi belum terpenuhi secara cukup. Sementara itu, dalam fase komunisme penuh produktivitas sudah tinggi sehingga semua kebutuhan materi sudah diproduksi secara cukup. Tentang hakikat manusia sebagai produsen, dalam fase sosialisme manusia belum cukup menyesuaikan diri sehingga menjadikan kerja sebagai hakikat dan masih mementingkan intensif mtaeri untuk bekerja. pada tahap komunisme penuh, kerja sudah menjadi hakikat. Manusia bekerja dengan penuh kegembiraan, sukacita. Tentang pembagian atau distribusi pendapatan, dalam fase sosialisme berlaku prinsip: "from each according to his ablitiy, to each according to his labor", sedangkan dalam fase komunisme penuh prinsipnya adalah: "from each according to his ability, to each according to his needs."
      Kesimpulannya, masalah-masalah seperti kelangkaan (scarcity) dan insentif pribadi dengan sendirinya akan hilang jika masyarakat sudah sampai pada tahap komunisme penuh. Bahkan uang tidak perlu lagi digunakan. Dalam tahap komunisme penuh tidak ada lagi soal kelangkaan, juga tidak ada lagi kelas-kelas masyarakat, pengisapan dari suatu kelompok masyarakat terhadap kelompok masyarakat lainnya.
SUMBER:  
  Perkembangan Pemikiran Ekonomi (Deliarnov)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMIKIRAN-PEMIKIRAN KEYNES, NEO-KEYNES DAN PASCA KEYNESIAN

POKOK-POKOK PIKIRAN ALIRAN MONETARIS

PEMBAHARUAN TERHADAP MARXISME